Archive for 2018

Momen Seru Gowes Bareng Anak - Menularkan Cinta Sepeda

Saya ingat ketika masih kecil, bersepeda selalu menjadi saat yang menyenangkan. Dan ternyata sampai sekarang, saya masih menikmatinya. Mengayuh kereta angin pulang dari kantor membuat beban dikepala kembali fresh dan ringan. Bersepeda sambil menikmati perjalanan memberikan keasikan tersendiri yang tidak bisa didapat dari yang lain. Pengalaman inilah yang ingin saya tularkan ke anak-anak. Saya ingin mereka juga bisa menikmati keasikan bersepeda. Lumayan kan kelak saya ada yang menemani gowes. Bapak anak gowes bareng-bareng, pasti seru.

Kebetulan hari ini adalah hari pertama libur mid semester. Hari masih pagi sekitar jam 05:30. Di timur matahari mulai bercahaya. sepagi ini anak-anak sudah bangun, begitu bersemangat karena mau diajak ayahnya gowes. Fe sudah siap dengan sepeda gowes anak yang baru saya belikan, sedang Aksa nanti cukup bonceng di boncengan sepeda saya, karena memang belum bisa naik sepeda. Di luar nia, anak tetangga kami ternyata juga siap bergabung untuk gowes bersama. Melihat anak-anak begitu gembira, membuat saya bersemangat menyambut pagi ini. Oke, peserta kali ini saya, Fe, Aksa dan Nia. Momy tidak ikut karena sibuk menyiapkan sarapan. Rute kali ini tidak jauh-jauh, hanya seputar kompleks.

Posted in | Leave a comment

Gowes Sabtu Pagi Batas Kota Solo Karanganyar Boyolali

Sabtu 8 Des 2018, Bangun tidur sekitar jam 04.00, setelah menyiapkan sepeda dan perlengkapan gowes, segera saya kayuh Federal StreetCat menuju de Tjolomadoe convention & heritage, Colomadu Karanganyar, yang menjadi titik kumpul sebelum gowes bareng.

Rencana awal pagi ini, saya dan pak Jono, akan gowes bareng group sepeda teman-teman pak Jono dari club sepeda Solo Baru, menuju kota susu Boyolali. Berhubung tempat tinggal kami di utara Solo, kami bermaksud mencegat mereka di sekitar jalan Slamet Riyadi. Namun berhubung siang nanti kami harus menghadiri resepsi pernikan teman kantor, jadi kami batal ikut rombongan ini, dan memutuskan gowes ke Waduk Cengklik yang jalurnya nyaman dan ringan. Terus putar-putar daerah pinggiran kota cari keringat sambil hunting sarapan. Maka kami atur janji buat ketemu di depan De Tjolomadoe. Sedikit mengenal de Tjolomadoe, menurut Wikipedia, bangunan ini adalah hasil revitalisasi Pabrik Gula yang didirikan Mangkunegara IV pada tahun 1861, menjadi tempat wisata kekinian yang cukup unik.

Posted in | Leave a comment

Repaint Sepeda Federal StreetCat 550 - Army Look

Memiliki sepeda Federal adalah kebanggaan tersendiri. Sebagai salah satu merk sepeda yang melegenda, sebenarnya saya ingin menjaga orisinalitas MTB StreetCat 550 yang saya miliki. Tapi seiring dengan waktu, setelah cukup lama dipakai gowes dan B2W, banyak spare part yang mulai aus, hingga harus diganti demi keamanan dan kenyamanan. Mulai dari RD yang sudah mati, sprocket hingga sifter yang patah gara-gara jatuh. Memang sulit menjaga Federal tetap orisinil. Beberapa part sudah sulit ditemukan bahkan ada yang sudah tidak diproduksi. Karena itulah sengaja part lama saya ganti sekalian dengan model teknologi terbaru agar maintenance ke depan lebih mudah.

Berhubung  sudah tidak lagi orisinil, jadi kepikiran untuk sekalian mencat ulang si Bejo supaya terlihat semakin fresh dan modern. Meskipun sebenarnya cat yang lama kondisinya masih bagus karena standar kualitas pengecatan sepeda Federal yang mumpuni. Tapi seiring dengan lamanya jam terbang pemakaian, di beberap bagian frame, catnya sudah terkelupas akibat benturan atau tergores. Terutama di daerah down tube dan fork depan. Jadi mumpung musin kemarau sepertinya masih panjang, saya bermaksut cat ulang sepeda ini,  supaya saat musim hujan tiba, frame sudah terlindung aman dari kemungkinan karat / korosi.

Posted in , , | Leave a comment

Gowes Pertama ke Taman Balekambang Solo

Mengisi harpitnas kali ini, kami sekeluarga berencana untuk gowes tipis keliling kota Solo saja. Mengingat liburan yang hanya satu hari, jadi malas klo mau piknik keluar kota. Apalagi sudah lama anak-anak ingin gowes bareng mommy dan ayahnya. Ini akan menjadi pengalaman gowes pertama kami sekeluarga. Karena sudah diputuskan, malamnya kami susun rute perjalanan. Sengaja kami pilih rute yang dekat-dekat saja, mengingat gowes kali ini kami bawa balita dan anak kecil umur 6 tahun. Start dari rumah di daerah Colomadu, kami akan langsung menuju Manahan. Agar aman kami memilih lewat jalur sepeda di Banyuanyar. Sampai Masjid mujahidin, belok ke kanan ke arah Gedung Sabha Buana milik Pak Jokowi. Lurus ke barat sampai kompleks Manahan. Dari manahan kami akan langsung menuju Taman Balekambang. Taman ini akan jadi destinasi utama kami. Pulangnya nanti kami memilih lewat Tirtonadi soalnya ingin melihat proyek Bendungan Tirtonadi yang katanya hampir rampung.

Posted in | Leave a comment

Memilih Fender Sepeda yang Tepat

Musim hujan sudah tiba kembali. Acara B2W sementara dihentikan karena sepeda belum dilengkapi fender. Kemarin sempat bereksperimen dengan mud guard kreasi sendiri. maka mulailah saya mencari cara membuat mud guard sendiri di internet. Akhirnya saya gunting karton tebal yang kemudian dilapisi dengan selotip hingga jadi water resisten (anti air). Fender DIY tersebut saya pasangkan di boncengan belakang dengan harapan cipratan air dari roda belakang tidak sampai menyemprot dan mengotori pakaian. Setelah slebor tersebut jadi dan di test, ternyata cukup efektif melindungi baju belakang dan tas. Tapi sayangnya kotoran masih menyiprat ke frame sepeda hingga crank depan sukses dipenuhi pasir dan lumpur. Baju sih aman tapi celana bagian belakang tetap kotor. Jadi bisa disebut eksperimen kali ini gagal.

Akhirnya diputuskan untuk membeli saja yang sdah jadi. Coba googling dan cari-cari di Bukalapak.com, ternyata banyak sekali model fender yang bisa dipilih. Bingung juga, diantara sekian banyak model dan inovasi yang ada, manakah yang paling efektif dan bisa diandalkan untuk dipasang di sepeda federal saya? kali ini saya akan coba ulas satu-persatu keunggulan maupun kelemahan dari tiap jenis fender yang ada. Semoga bisa bermanfaat.

Posted in , , | Leave a comment

Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Kecepatan Sepeda

Bicara mengenai kecepatan sepeda, sebenarnya berapa sih rata-rata top speed yang bisa diraih para cyclist? Dari situs Wikipedia kita bisa menemukan rekor kecepatan sepeda saat ini yang dipegang oleh Denise Mueller-Korenek dengan kecepatan sepeda mencapai 296.009 km/h atau sekitar 183.932 mph, pada permukaan jalan landai dan datar. Untuk bisa mencapai kecepatan fantastis seperti itu tentu saja diperlukan sepeda road bike khusus (custome bicycle) serta stamina yang prima dari rider itu sendiri. Terkadang saya berangan-angan seandainya bisa memiliki sepeda yang enak dibawa ngebut tentu akan sangat menyenangkan dan membantu. Setidaknya dengan sedikit tenaga kayuhan bisa melesat minimal 80km/jam. Wah saya yakin bukan cuma saya yang punya khayalan seperti ini. Pasti banyak pedalis yang juga mengangankannya. Berikut ini faktor yang paling berpengaruh terhadap kecepatan sepeda sesuai dengan tipe rute yang dilalui:

Flat Land Speed

Bicycle flat road speed
Image credit to: www.bikeradar.com
Untuk tipe jalan yang cenderung datar, lancar dan halus, akselerasi menjadi kurang begitu penting apalagi top speed lebih mudah diraih. Untuk meraih top speed maksimal, faktor yang paling berpengaruh adalah, wheelset, drive train, gearing serta aerodinamika.
  1. Wheelset yang tepat:
    • Pemilihan ukuran diameter ban. Semakin besar diameter ban akan menghasilkan rolling yang lebih bagus untuk sepeda mencapai kecepatan maksimal. Saat ini ukuran rim 27.9 serta 29 sudah mulai banyak diproduksi dan semakin populer dikalangan roadbike maupun MTB.
    • Material dan patern ban. Untuk medan cenderung aspal, material silk atau semi slick dengan patern yang tidak telalu ramai
    • Tekanan ban yang tepat. Tekanan maksimal akan memberikan gaya hambatan yang semakin kecil sehingga akan turut meningkatkan laju sepeda. Namun tekanan ban yang terlalu keras juga akan mengurangi kemampuan sepeda dalam meredam getaran. Ini akan sangat terasa pada sepeda nonsuspensi atau yang masih memakai fork rigid. Pada kebanyakan ban, tekanan yang direkomendasikan dicetak pada sidewall. Tekanan ban yang direkomendasikan sering ditulis dalam rentang misal “35-65 psi (pound per inci persegi). Ambil contoh jika rekomendasi yg tercetak adalah, 35-65 psi, ini berarti 65 psi adalah angka tekanan yang cocok untuk jalan aspal/raya/trotoar dan jalan yang cenderung halus dan datar. Sedangkan untuk medan offroad dan cenderung rusak, rentang tekanan idealnya antar 35 sampai 40 psi, pada range tersebut ban akan memiliki kemampuan maksimal dalam menyerap jalan berbatu dan gundukan, serta menawarkan traksi yang lebih besar untuk kontrol dan penanganan.
    Anda benar-benar perlu bereksperimen untuk menemukan tekanan ban yang paling ideal untuk Anda.
     
  2. Drive train gearing. Semakin kecil rear cassette serta semakin besar ukuran crank akan menghasilkan putaran yang semakin cepat. Tentu saja ini harus diimbangi dengan kekuatan dengkul kita. Karena kombinasi diatas membawa konsekwensi kayuhan awal yang semakin berat.
     
  3. Masalah aerodinamis.
    • Pemilihan pakaian (jersey) yang ketat, serta helm yang memiliki bentuk aerodinamika yang baik akan mengurangi hambatan angin saat kita melewati tanjakan.
    • Panjang handlebar. Berbeda dengan sepeda MTB yang membutuhkan lebar stang yang lumayan panjang. Untuk pemakaian jalan datar, usahakan memilih stang dengan lebar yang pendek. Maksimal selebar renrtang bahu kita. Ini untuk mengurangi hambatan angin sat kita menmacu sepeda. Pemakaian Aero Bar / TT Bar yang biasa digunakan pada sepeda jenis Road Bike. TT Bar akan menyumbangkan keuntungan yang lumayan besar untuk mencapai posisi mengendara yang aerodinamis. Sayangnya handling menjadi susah, jadi tidak disarankan untuk dipakai dalam group atau untuk rider pemula. Dan pastikan jalur yang akan dilewati benar-benar halus dan datar.
     
  4. Fitting sepeda, pastikan kita menemukan posisi yang paling tepat untuk mengoptimalkan relasi antara masalah aerodinamis, power, dan kenyamanan.

Cycling in Traffic (busy road conditions)

Untuk kondisi jalan raya yang cenderung semrawut seperti jakarta dan kebanyakan kota besar lainnya, faktor yang paling berpengaruh terhadap kecepatan sepeda adalah akselerasi. Akselerasi atau percepatan adalah perubahan kecepatan pada suatu waktu tertentu. Pada kondisi jalan perkotaan yang ramai dan macet, kita akan lebih banyak melakukan pengereman. Meskipun top speed sulit diperoleh tapi kecepatan rata-rata bisa ditingkatkan secara maksimal. Pada kondisi seperti ini, semakin cepat waktu yang dibutuhkan sepeda untuk menambah kecepatan (akselerasi) akan semakin baik.

Lalu faktor apa saja yang paling mempengaruhi akselerasi sebuah sepeda?
  1. Weight. Berat sepeda memberi kontribusi cukup besar terhadap akselerasi. Semakin ringan sepeda dan beban yang diangkut, akan semakin baik akselerasinya.
  2. Rims. Diameter rims juga akan menentukan percepatan maksimal yang bisa diraih sebuah sepeda. Semakin kecil diameter rims akan semakin baik akselerasinya. Selain itu rim dengan ukuran kecil juga akan memampukan sepeda untuk bermanuver diantara kepadatan lalulintas dengan lebih baik. itulah alasanya mengapa sepeda BMX kebanyakan menggunakan ukuran roda 20" dan bukan 26 atau 27.5 inche.
  3. Gearing. Single gear dengan kombinasi cog dan crank yang tepat akan memberikan performa akselerasi terbaik dibandingkan dengan multi gears (geared bike). Contoh paling mudah adalah sepeda yang digunakan oleh para kurir sepeda (bike messenger). Kebanyakan lebih memilih sepeda fixie yang identik dengan single gearnya. Pertanyaannya adalah berapa gear ratio yang paling ideal itu? Banyak yang memberikan masukan gear ratio ideal untuk jalan di perkotaan adalah 44:16 dan 46:16 (crank : cog). kombinasi gear 44/16 atau juga sering ditulis dengan istilah ratio 2.75, memberikan kemampuan akselerasi optimal dengan top speed yang tidak terlalu baik. Kombinasi ini akan memberikan kecepatan rata-rata optimal dan sangat nyaman digunakan untuk commuting harian dan bike to work di daerah perkotaan. Namun jika ingin mendapatkan top speed lebih baik, Anda bisa memilih kombinasi 46:16 atau sering disebut juga dengan istilah ratio 2.88. Namun saya rasa masalah gear ratio ini cukup personal. Untuk itu kita perlu mencoba berbagai kombinasi ukuran gear hingga menemukan gear ratio yang paling tepat.

Road climbing
image credit to: emcbikes.wordpress.com

Climbing / tanjakan

  1. Weight. Selain gearing, untuk medan tanjakan, berat sepeda menjadi faktor yang paling penting yang mempengaruhi kecepatan sepeda. Pada medan tanjakan. Apalagi tanjakan dengan jarak yang cukup panjang, semakin ringan sepeda akan mengurangi beban kayuhan sehingga bisa menghasilkan laju sepeda yang lebih cepat dan stabil.
  2. Frame sepeda yang paling cocok adalah model sepeda MTB atau hybrid yang menghasilkan posisi mengendara cenderung lebih tegak. Posisi sedikit lebih tegak akan menolong kita bernapas dengan benar. Memnbuat bahu, leher seerta punggung menjadi lebih santai saat gowes di tanjakan. Penambahan bar end (tanduk) pada handlebar akan membantu rider menemukan posisi stering yang paling efisien dan optimal untuk menyalurkan tenaga pada kayuhan.
  3. Rigid is better. Jika medan tanjakan berupa aspal, penggunaan fork rigid akan lebih efektif dibandingkan memakai fork suspensi. Fork rigid akan mencegah.
  4. Gearing. Cassette jenis megarange akan sangat menguntungkan karena top gear nya memiliki jumlah gigi (tooth) lebih banyak hingga kayuhan sepeda bisa lebih ringan saat menanjak. Untuk crankset , melengkapi sepeda dengan chainring 36T akan cocok digunakan pada medan tanjakan curam.
Jadi meskipun ada pendapat yang mengatakan yang penting adalah dengkulnya, tapi pemilihan part dan setting sepeda yang tepat tentu saja tetap bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti pada performance sepeda itu sendiri. Istilahnya membeli kecepatan. Ya kecepatan sepeda bisa dibeli melalui pemilihan komponen-komponen sepeda yang tepat. Tapi itu akan percuma tanpa diimbangi dengan latihan fisik, teknik serta kematangan mental pedalis itu sendiri.

Posted in | Leave a comment

Memilih Bahan Jas Hujan Khusus Sepeda

Yang paling dibutuhkan saat bersepeda dimusim hujan tentu saja raincoat atau jas hujan. Masalah saat ini kebanyakan waterproof yang digunakan untuk material raincoat hanya berbasis cairan yang prosesnya justru cenderung menyumbat semua pori-pori fabric (kain), membuat kain tidak lagi memiliki kemampuan untuk bernafas seperti yang seharusnya. Saat digunakan jas hujan akan menghasilkan apa yang disebut ‘boil in the bag’ effect. Kondisi dimana suhu tubuh cepat meningkat akibat panas tidak bisa mengalir keluar. Jadi meskipun tidak basah karena hujan, tetap saja tubuh jadi basah kuyup oleh keringat. Jika terlalu lama dibiarkan, bisa menyebabkan dehidrasi dan ini berbahaya.

Untuk itu kita perlu cerdas dalam memilih bahan raincoat yang akan kita pakai. Idealnya waterproof jaket pesepeda selain tahan air juga harus memiliki kemampuan untuk bernafas (breathability), Untuk memungkinkan panas yang dihasilkan tubuh saat mengayuh sepeda bisa mengalir keluar dengan mudah. Jadi dalam memilih jas hujan yang tepat untuk aktifitas gowes, kita perlu mengenali tipe pelapis waterproof yang menyertainya.

Bahan jas hujan apa yang paling cocok untuk bersepeda?

Ada dua istilah yang banyak dijumpai pada produk jaket ataupun jas hujan:

Water-resistant: Merupakan fabrik/kain yang hanya mampu menghadapi hujan ringan untuk waktu yang singkat. Jika curah hujan tinggi atau mulai gerimis, ini tidak akan sesuai. Jaket berbahan parasit adalah contohnya.

Waterproof / nonbreathable: Fabric tahan air bahkan ketika melewati hujan lebat. Sayangnya hampir tidak berpori hingga menyebabkan gerah saat dipakai lama. Contoh yang saat ini paling populer adalah Jas hujan dengan bahan plastik PVC.

Waterproof / breathable: Fabric yang memungkinkan udara lembab bisa keluar, sehingga bisa meminimalisir gerah. cocok untuk digunakan saat beraktifitas tinggi, seperti lari dan berspeda.. Akan kita bahas lebih lanjut.
Pada prinsipnya, waterproof breathable memiliki 2 fungsi yaitu :

  • Menolak permbesan cairan dari luar seperti air hujan, salju, menjaga pemakai dan pakaian dalamnya tetap kering.
  • Memberikan jalan keluar bagi uap tubuh, serta menjaga suhu tubuh agar tetap nyaman dalam beraktifitas ketika hujan.
Dimulai tahun 1978 ketika Gore-tex berhasil menciptakan pakaian luar  waterproof breathable dengan teknik laminasi, yang kemudian menjadi populer. Produsen lainnya seperti eVent, Sympatex, MemBrain Strata pada gilirannya berhasil mengembangkan teknologi yang bisa menghasilkan kain yang tahan hujan tanpa mengurangi kemampuannya untuk bernafas (rain protection and breathability). Diantaranya adalah:

HYDRO-DRY. Coating yang menggunakan cairan kimia ini menghasilkan kain waterproof sekaligus breathable. Hydro-dry biasa dipakaikan pada bahan Nylon Polyamide, Polyester serta bahan yang mengandung 100% Tactel Microfibre yang sangat kuat dan tahan sobek, tanpa batas tertentu.

LOWEALPINE TRIPLE POINT CERAMIC. Ini merupakan perpaduan antara Polyurethane Coating dengan jutaan partikel keramik, hingga mampu menghasilkan kain yang bisa mengeluarkan uap panas dari tubuh si pemakai sekaligus menahan  air dari luar masuk meresap ke dalam. Untuk membuatnya lebih baik biasanya bagian luar kain akan dilapisi lagi dengan Durable Water Repellecy (DWR). Triple Point Ceramic memiliki sifat mengikat kuat pada setiap anyaman benang secara langsung, sehingga lapisan tersebut tidak cepat rusak atau luntur, baik pada bagian siku atau bahu.

GORE-TEX. bahan ini terbuat dari perpaduan bahan Poly Tetra Fluro Ethylene (PTFE) dan polyakylene oxide yang dilapiskan pada permukaan kain. PTFE akan mengembang setelah terkena udara, menghasilkan Microporous Membrane yang memiliki kurang lebih sembilan juta pori-pori untuk setiap inci perseginya. Setiap pori-pori bersifat 700 kali lebih besar dari molekul uap air, tetapi 20.000 kali lebih kecil dari butiran tetesan air (hujan, dan sebagainya). Sedangkan polyakylene oxide memiliki sifat oleophobic (oil hating) dan tahan terhadap pengaruh kontaminasi. lapisan Hydrophobic ini menjadikan air bergumpal seperti manik-manik yang menebar pada permukaan kain, dan mengalir turun tanpa merembes ke kain utama. Sistem ini mampu menjaga Breathability dari kain tersebut. Sayangnya bahan ini tidak tahan lama hingga perlu dilapisi ulang atau ditambah dengan lapisan pelindung (layer) supaya tidak mudah rusak dan menambah kuat terhadap friksi / gesekan dari kulit yang ditimbulkan oleh si pemakai.

Shimano Explore Rain Jacket
Main body: 100% Polyamide, Polyurethane breathable waterproofing

Teknologi waterproof breathable ini sebenarnya juga memiliki batasan-batasan. Jadi ketika Anda membeli sebaiknya memperhatikan ketiga spek berikut: spek: moisture vapour transmission rate; hydrostatic dan air permeability.
  • Moisture vapour tranmission: kemampuan jaket dalam menyalurkan uap yg yg dihasilkan dalam tubuh menuju keluar jaket.
  • Hydrostatic head: Kemampuan lapisan waterproof dalam menahan gangguan dari luar berupa air dan salju, disitu tertulis 5.000mm yg artinya adalah jaket mampu menahan 5.000 mm curah hujan dalam 1 hari tanpa terjadi kelembaban yg masuk pada jaket
  • Air permeability: Kemampuan membran (jaket) dalam meloloskan partikel (dalam studi kasus ini partikel nya adalah udara) untuk menembusnya (menembus bahan jaket).
Informasi mengenai cara membaca spesifikasi waterproof brethable sebuah produk jaket bisa dibaca secara lengkap melalui tautan berikut ini:

source: membaca spesifikasi waterproof brethable dalam sebuah produk jaket

Masalah teknik jahitan

Selain bahan waterproof teknik jahitan juga perlu diperhatikan. Sebab percuma jika bahannya bagus namun jahitannya tidak rapat. Air tetap bisa merembes kedalam melalui lubang jahitan yang ada. Cara yang paling umum digunakan produsen jas hujan adalah dengan menutup jahitan menggunakan pelapis dari bahan plastik (seam sealing), untuk mencegah air merembes ke dalam.

Jadi sekiranya memungkinkan akan lebih baik jika kita memilih jas hujan dengan bahan polyester dangan teknologi GORE-TEX. Sebab jas hujan seperti ini sudah dilengkapi dengan kemampuan breathable. Sayangnya harga yang ditawarkan rata-rata mahal. Di Amazon paling murah sekitar $150.00.

Alternatif solusi

Solusi murah meriah pakai mantol plastik 5,000 an yang bahanya mirip tas kresek. Saya beli yang satu paket dengan celana seharga 10,000 an. Memang jauh dari kata awet, tapi cukup nyaman dipakai gowes hujan-hujanan. Karena tipis, meskipun tidak berpori, tapi tubuh tidak terasa gerah karena suhu dingin dari luar cukup untuk mendinginkan panas tubuh kita.

Solusi murah pakai raincoat plastik tipis.
credit: tokopedia.com
Keuntungan menyediakan Jas Hujan Plastik adalah:
  • Praktis. Karena bisa dilipat sangat tipis hingga dimasukkan saku jaket atau tas. bobotnya juga super ringan. Jadi tidak ribet dan makan tempat jika dibawa saat gowes.
  • Harganya murah.
  • Bahan tipis memiliki keuntungan bisa menggunakan hawa dingin dari luar untuk Mampu menetralkan panas tubuh hingga tidak gerah.
Kelemahan:
Sangat tidak awet, hanya bisa dipakai beberapa kali saja. Jadi akan lebih sering beli ulang. Untungnya harganya cukup murah.

Posted in , | Leave a comment

Bottom Bracket Square Taper tidak Kalah dengan Hollowtech II

Bermula dari Bottom Bracket (BB) yang terasa mulai kurang nyaman waktu di gowes. Ternyata bottom bracket sepeda bunyi kretek-kretek atau klek-klek saat pedal memutar crank. Timbul keinginan untuk ganti BB yang baru, upgrade sekalian dengan yang lebih loncer. Masalahnya saat ini ada dua tipe BB yang biasa digunakan sepeda MTB, yaitu:

  1. Internal Bearing (Square Taper Devotees, Ashtabula, Hollow Spindle)
  2. External Bearing / Outboard Bottom Bracket (X-Type) Riders.

Mana bottom bracket sepeda yang lebih bagus? ternyata sampai saat ini masih menjadi perdebatan panjang dikalangan penghobi sepeda. Untuk kasus saya dengan sepeda Federal jadul, hanya ada 2 alternatif pilihan. Pilihan pertama tetap menggunakan tipe Square Taper dengan upgrade ke model sealed cartridge bearing. Pilihan kedua, jika frame dan crankset masih support bisa coba migrasi ke Hollowtech II. 

Sebelum menentukan pilihan, adasatu pertanyaan yang timbul yaitu:
Seberapa signifikan peningkatan performance dan kecepatan (speed) yang bisa saya rasakan seandainya beralih ke Hollowtech II? serta bagaimana dengan perawatannya nanti. Apakah lebih mudah atau malah ribet. Untuk menjawab itu mari kita ulas satu persatu keungulan dan kekurangan dari masing-masing.

Internal Bearing BB Square Taper

BB Square Taper banyak dipakai di sepeda MTB keluaran lama atau sepeda low to mid level keluaran baru. BB kotak ini ada dua jenis. Model loose bearing dan sealed cartridge bearing. Jenis yang pertama, model loose bearing paling cocok untuk mereka yang suka bongkar-pasang sepeda karena mudah untuk diotak-atik dalamannya, jika rusak masih mudah untuk diperbaiki. Seperti mengganti pelornya dll. Sedangkan jenis kedua, sealed cartridge bearing memiliki keunggulan di maintenance free. Karena modelnya yang tertutup (sealed) Jadi lebih aman dari debu dan air hingga meminimalisir perawatan. Sayangnya jika rusak sulit diperbaiki dan harus ganti dengan yang baru.

Part dari BB model Square Taper. Jika rusak kita tinggal ganti bagian yg rusak saja tanpa harus ganti keseluruhan.
Credit: http://forums.roadbikereview.com

Jika dibandingkan Outboard Bottom Bracket BB Square Taper secara konstruksi kurang kuat dan kencang hingga seiring waktu crank akan terasa mulai kendor hingga perlu dikencangkan. Untungnya kebanyakan masalah ini akan teratasi hanya dengan menganti pelor atau bearingnya saja. Jadi lebih irit dari sisi biaya perawatannya.

Outboard Bottom Bracket Hollow Tech II

Outer BB menggunakan ukuran bearing yang lebih besar serta memiliki posisi lebih lebar. Ini membuat konstruksinya lebih kencang dan kuat serta memiliki putaran yang juga lebih loncer dan lightweight ringan. Outboard-bearing cranksets seperti Shimano Hollow-Tech, dll, memiliki keunggulan lebih kencang dan lebih ringan dibanding square tapers. Perbedaan paling nyata terletak pada berat serta tampilan fisik. HollowTech II misalnya, tampak seperti tidak menggunakan Bottom Bracket (BB) karena bb menyatu dengan crank dan berlubang tepat di as-nya sehingga bila dilihat bagian porosnya akan tampak berongga seperti pipa.

Saat ini industri sedang bergerak ke arah outboard bearing. Jadi standar komponen-komponen baru akan mengarah ke sana. Kedepan mungkin akan mulai susah menemukan part-part sepeda keluaran baru yang masih cocok dengan BB model square taper

Hollowtech II Credit: http://forum.cyclingnews.com
Keunggulan lainya terletak pada kemudahan dalam installation. Hollowtech BB memudahkan kita ketika bongkar pasang crank set. BB Hollow Tech (HT) juga memiliki hambatan gesek lebih kecil dibanding bb non HT. Membuat kayugan pedal lebih loncer dan mengurangi masalah rantai kendor saat shifting. Konsep teknologi HOLLOWTECH II difokuskan untuk menghasilkan crankset superior yang bisa memaksimalkan transfer daya rider. saat crankset menempel kencang akan menghasilkan kayuhan yang lebih efisien.


Pertimbangan

Jika tetap memakai BB Square Taper:
  • Masih bisa memakai crankset lama. Tidak perlu ganti.
  • Bisa ganti part-partnya saja, sehingga tetap hemat biaya perawatan. Kemungkinan hanya perlu dikencangkan ulang, ganti bearing, atau cukup dibersihkan dan di garace ulang. Tinggal siapkan bearing removal tool nya.
  • Perlu perawatan berkala karena seiring waktu, BB bisa kendor.
  • Jika ingin lebih loncer bisa pakai bearing yang berkualitas. Atau ganti ke BB Square Taper kasta yang lebih tinggi dengan konsekwensi dana membengkak.
Jika beralih ke External Bearing:  
  • Harus ganti crankset karena dudukan berbeda. Tapi nantinya proses install, bongkar pasang crank justru akan lebih mudah dan praktis.
  • Untuk Federal proses upgradenya akan ribet. Harus cermat mengukur BB shel (sepeda Federal lama biasanya bsa 68mm), head tube diameter, seat tube diameter, spacing drop out dan spindle lenght (jarak dari ujung ke ujung yang kepasang di crank) untuk memastikan Hollotech bisa dipasang dengan sempurna. 
  • BB lebih kencang dan kuat, sulit kendor dipastikan akan ada peningkatan pada kinerja sepeda dalam jangka panjang dan tidak terlalu perlu untuk melakukan perawatan rutin kecuali hanya cleaning.
  • Singkatnya, external BB akan memberi keuntungan 30% lightweight lebih ringan dan 40-45% lebih awet dibandingkan square taper. Tapi dengan harga yang jauh lebih mahal.

Jadi perlukah beralih ke Outboard BB Hollotech II?


Bottom bracket sepeda federal saya sudah ini cukup lama dipakai gowes, dan selama itu tidak ada keluhan, meskipun nyaris tanpa maintenance bahkan belum pernah diganti partnya. Jika kali ini mulai bermasalah, saya rasa wajar. Mungkin sudah waktunya diservice, ganti part yang sudah aus. Jika memaksa ingin ganti ke outboard-bearing, saya harus siap-siap over budget, karena juga harus ganti Crankset lama yang tidak support Outboard-bearing. Harga crank hollowtech II paling murah seri crank shimano alivio - 48t. Harga di Bukalapak sekitar 500 ribuan. Sedangkan Deore bisa sampai jutaan.

Selain issue lightweight, sebenarnya tidak ada masalah dengan Square Taper, Kemunculan Outer BB - Hollowtech II sendiri sebenarnya dipicu oleh kebutuhan industri untuk menghasilkan standarisasi tunggal model BB. Seperti kita tahu ada banyak standar ukuran square-taper mulai dari 68x103, 68x107, 68x110, 68x113, 68x115, 68x117.5 dst. Dengan 2 kombinasi crankset/frame Italian dan British. Ini akan memaksa produsen sepeda untuk mebuat banyak kombinasi untuk setiap komponen yang diproduksi dan itu dirasa sangat tidak effisien. Tujuan akhirnya adalah adanaya satu model BB yang compatibel dengan apapun Crank yang diproduksi.

Seperti sudah diuraikan di atas, square taper termasuk jenis BB yang dari segi maintenance, sangat durable jika rutin dirawat serta memungkinkan untuk diupgrate part-partnya (dioprek) untuk meningkatkan performa. Sayangnya dalam industri sepeda kelas atas (high-end), ukuran berat menjadi raja, hingga tidak bisa memberikan toleransi pada extra 100 grams berat as (sumbu) BB square taper, meskipun sebenarnya tidak terlalu banyak berpengaruh pada kinerja sepeda secara keseluruhan.

Jadi saya putuskan untuk saat ini tetap mempertahankan BB yang lama. Apalagi jika hanya ingin meningkatkan performance masih ada beberapa alternatif yang bisa saya tempuh:

Alternatif 1: Berhubung BB sepeda Federal saya masih jenis loose bearing BB, alternatif paling murah cukup service BB yang ada. (Loose = bebas / longgar) berarti bearing atau bola besinya tidak menyatu / bebas bergerak sendiri-sendiri. Keuntungan loose bearing, kita bisa membuka dan mengecek bagian-bagian yang ada terutama pelor dengan mudah. Jadi bearing bisa mudah untuk di service, diganti pelornya, di grease ulang dan dibersihkan. untuk pelor bisa memilih antara material ceramic vs steel. Jika dana memungkinkan akan ganti pelor dengan model cheramic ball bearing yang lebih loncer. Konsekwensinya, BB harus lebih sering diservice. Apalagi kalau musim hujan. Harus lebih sering di cleaning dan di grease ulang, untuk menjaga performa kerjanya.

sealed bearing vs loose bearing bottom bracket
Sealed bearing vs loose bearing BB
Alternatif 2: Sedikit lebih mahal dengan ganti loose bearing hub ke model cartridge (sealed) bearing yang menggunakan bearing. Keuntungan menggunakan sealed bearing adalah pada umumnya lebih kuat dan tahan lama. Kinerja pelor bisa terjaga karena pelor terlindungi, terhindar dari kotoran dan hujan. Jika rusak cukup beli satu set bearing dan pasang (plug and play) selama bearing size, cup size nya sama. Tidak perlu ribet menata dan ajust pelor satu-persatu, membersihkan dan melumurinya dengan grease. Jadi lebih praktis. bearing yang paling bagus adalah yang model 4-balls Ceramic 608 bearings. Konsekwensi pilihan ini adalah, kalau bearing rusak, harus diganti satu set bearing jadi biayanya lebih mahal dibandingkan menggunakan loose bearing.
4-balls Ceramic 608 bearings
4-balls Ceramic 608 bearings

Alternatif 3:  Adalah yang paling mahal, yaitu menggantikan unit BB dengan bottom bracket Square Taper mtb terbaik, garde yang lebih tinggi. Banyak yang merekomendasikan seperti  Shimano UN54 atau UN55 BB. Tapi harganya bisa sama dengan harga Hollowtech II. Ace titanium axle square taper dan square taper carbon crankset bahkan jauh lebih mahal. Keuntungannya tidak perlu ganti Crankset jadi cukup ganti BBnya saja.

Jadi tidak perlu terburu-buru menelan racun upgrade. Migrasi ke Hollowtech nanti saja kalau BB square taper sudah mulai langka dan susah dicari. Tapi saya rasa itu masih sangat lama. :)

Posted in , | Leave a comment

Sepeda Besi tidak Kalah dibanding Sepeda Mahal

Bukan untuk menghibur diri karena kebetulan hanya punya sepeda besi. Namun sedikit ingin menunjukan bahawa bukan material frame yang menentukan kualitas sebuah sepeda, namun ada banyak faktor yang sebenarnya justru lebih menentukan dibandingkan sekedar masalah berat sebuah frame.

Mari kita ulas berbagai opini yang selama ini beredar seputar sepeda berbahan frame high ten steel / besi. Tulisan ini sebagian bersumber dari pengalaman pribadi. Sebagian lagi berasal dari pengalaman orang lain yang saya rangkum dari berbagai sumber.

hi ten steel bicycle frame
Hi ten Steel

Frame besi itu berat

Masalah berat memang menjadi salah satu penyebab utama kenapa frame besi mulai ditinggalkan dan semakin kurang diminati. Kalau soal bobot, frame besi memang paling berat dibandingkan dengan bahan frame yang lain. Bahkan bobotnya hampir tiga kali berat frame berbahan alloy apalagi carbon. Jika berat menjadi pertimbangan, maka frame besi bisa menjadi pilihan terakhir. Sebagai contoh sepeda lipat. Bobot frame menjadi pertimbangan utama untuk sepeda jenis ini, mengingat sepeda lipat harus cukup ringan untuk dibawa saat melakukan mix commuter. Itulah mengapa Hi ten hanya digunakan untuk produksi sepeda lipat low end. Untuk masalah berat, frame besi memang kalah.

Frame Hi-Tensile steel bermasalah dengan tanjakan

Mitos soal tanjakan banyak yang berpendapat kalau frame besi itu terlalu berat hingga membuat sepeda susah diajak melewati tanjakan. Memang ada korelasi antara bobot sepeda dengan efektivitas dan efisiensi riding. Tapi pengaruhnya tidak terlalu besar. Sepeda yang ringan hanya enak untuk digowes pada route jalan menanjak dan panjang. Sedangkan untuk soal tanjakan selain pengaruh dengkul dan skill pesepeda, pengaruh terbesar justru terletak pada Groupset, geometri frame, diameter roda dan pengaruh suspensi yang digunakan. Apakah sepeda itu jenis rigid, hardtail atau fullsus. Jadi bukan karena berat frame.


Paimo di puncak Kilimanjaro dengan sepeda besinya
Source: http://www.bandits.id

selama B2W saya sendiri sering melihat banyak sepeda alumunium keluaran baru maupun roadbike yang disalip sepeda Federal saat ditanjakan. legenda bikepacker Indonesia Mas Paimo (Bambang Hertadi Mas) saja menggunakan sepeda besi Federal 26" saat menaiki puncak Gunung Kilimanjaro (5.896 mdpl) di Afrika.

Kita juga bisa melihat video youtube dari Andreas Fabricius dan Axel Carion pesepeda profesional dari Perancis yang tengah dalam misi memecahkan rekor dunia bersepeda selama 58 hari melintasi Amerika Selatan, yang tidak berdaya  ketika tiba-tiba disalip seorang pesepeda warga lokal saat melalui tanjakan.


Sepeda frame High Tensile Steel kalah cepat dibanding Alloy dan Carbon

Bagaimana Dengan performa Kecepatan? Apakah benar semakin ringan bobot sepeda, berarti semakin cepat larinya? Saya rasa tidak juga. Baik berat maupun material frame tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kecepatan sepeda. Dari sisi sepedanya sendiri, yang paling berpengaruh terhadap kecepatan sebenarnya terletak pada faktor engine room yaitu Groupset dan wheelset yang dipakai. Komponen engine yang lebih baik akan membantu kita gowes lebih kencang. Sedangkan yang paling menentukan justru dari sisi ridernya. Dengan latihan, kecepatan kayuhan bisa ditingkatkan.

Contoh nyata pengalaman tim sepeda Federal yang ikut di Ajang BITC Sentul 2015 yang diikuti sekitar 5000 pembalab sepeda. Mereka berhasil finish di peringkat ke 6. Padahal saat itu, Federal Indonesia adalah satu-satunya team yang menggunakan sepeda berbahan besi dalam perlombaan ini, sedangkan lawanya rata-rata menggunakan sepeda standart balap yang berbahan carbon.


Sepeda Besi Federal di ajang BITC Sentul 2015


Masalah durabilitas frame besi yang dianggap tidak tahan lama mudah berkarat dan keropos

Besi memang paling rentan terhadap korosi/karat, namun dengan penanganan yang baik, karat tetap bisa dicegah. Terbukti sampai saat ini kita masih menemukan banyak sepeda besi jadul merk Federal mondar-mandir di jalanan, Bahkan komunitasnya semakin berkembang dan aktif melakukan Jamnas. Ini membuktikan bahwa Frame besi itu memiliki umur pakai sangat lama, bahkan bisa jauh lebih lama dibanding bahan frame lainnya selama dirawat dengan benar.


BaliBicycle Pro pernah melakukan riset dari berbagai website, pe-touring lintas negara dan berbagai sumber. Mayoritas memilih sepeda dengan frame steel karena memiliki kekuatan dan umur yang sangat panjang. Sehingga mereka tidak perlu risau dengan keadaan sepedanya saat melewati jalan rusah hingga medan yang extrem sekalipun.

Source: www.hipwee.com
Riding Quality

Kecuali karena sugesti, sebenarnya dari segi riding quality antara frame Hiten yang berat dibandingkan dengan Alloy maupun carbon yang ringan tidaklah begitu mencolok dirasakan. Apalagi jika sepeda hanya digunakan untuk sarana komuter harian, B2W, atau sepeda santai, dengan kondisi jalan yang kebanyakan landai, Anda tidak akan merasakan perbedaan antara bahan frame yang ada. Kecuali jika sepeda digunakan untuk kompetisi tentu sedikit perbedaan saja akan medapatkan perhatian yang besar.

Frame besi mampu meredam getaran dengan baik 

Peredam getar bahan baja juga terkenal paling bagus dalam meredam getaran. Itulah alasannya kenapa fork rigid yang bagus sering terbuat dari baja. Untuk sepeda Federal yang berbahan besi  hi-ten, chromoli dan trimoli, pengetesan vibrasi frame dilakukan hingga satu juta kali dan sejauh tes diadakan tidak terjadi apa-apa dengan frame-frame Federal.

Kesimpulan

Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa frame Hi-ten sebenarnya tidak kalah dibanding dengan material frame yang lain. Kecuali hanya untuk masalah berat dan korosi. Untuk beberapa hal frame besi justru memiliki keunggulan dibanding yang lain, antara lain:
  • Harga frame sudah pasti jauh lebih murah. 
  • Sangat kuat, awet (umur pakai yang sangat lama), tidak mudah patah. Sifat besi yaitu sebelum patah, besi akan bengkok dulu. Jadi biasanya paling cuma bengkok atau penyok saja, Untuk memperbaiki rangka baja tidak menjadi masalah. 
  • Masih bisa diperbaiki jika rusak. Hampir setiap tukang las bisa mengelasnya jika patah. Ini berarti biaya perawatan juga murah dan mudah. 
  • Bahan baja juga terkenal paling bagus dalam meredam getaran. 
Jadi kita tidak perlu minder dengan sepeda besi yang kita miliki. Justru kita harus bangga dengan keberadaannya. Frame besi dengan engine yang tepat bisa memberikan performace yang bisa dibanggakan. Sepeda yang ringan diangkat belum tentu nyaman dan tangguh digowes.
Hi Ten Federal military look
Hi Ten Federal military look

'Its NOT about the Bike'. Get one if you want to, but dont kid yourself the bike will make you faster in itself. 
--  Lance said ---

Posted in , | Leave a comment

Review VERTU Bicycle Saddle Kembaran Tioga Spyder

Urusan sadle memang tidak pernah mudah. Sulit menemukan yang benar-benar pas dan cocok. Sebenarnya saya sudah cukup nyaman dengan sadel original bawaan sepeda Federal, tapi karena umur, sadel ini sudah semakin mengeras, dan licin serta sudah mulai robek sana-sini. Jadi sudah saatnya pensiun. Di internet banyak sekali ditawarkan berbagai model sadel. bingung juga. Sampai saya menemukan merk Tioga yang memiliki desain inovatif. Tapi harganya kok tidak ramah di kantong. Saya coba mencari, siapa tahu ada merk lain yang juga memproduksi model sadel paddingless ini, dan ternyata ada. Merk Vertu dengan harga yang jauh lebih murah.

Baik Vertu CCAV-S maupun Tioga Spyder merupakan trobosan inovasi teknologi dan desain dalam industri saddle sepeda. Tidak seperti desain sadel pada umumnya yang mengandalkan material padding dari busa maupun gel, Vertu dan Tioga justru tampil tanpa padding / paddingless menggunakan material mirip plastik dengan pola lubang menyerupai jaring laba-laba (flexible webbed design). Meskipun sekilas akan tampak keras dan terkesan tidak nyaman, tidak untuk bersepeda jarak jauh, namun jika diduduki ternyata akan terasa nyaman. Desain berupa jaring laba-laba bertujuan untuk mengatasi kekurangan utama yang ada di sebagian besar konstruksi saddle berpadding terutama dari sisi penyerapan energi akibat hentakan. Rahasia kenyamanan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari sadel premium yang menggunakan bahan kulit seperti Brooks Cambium.

vertu ccav-s saddle review
VERTU CCAV-S Saddle
Kenapa sadel kulit bisa nyaman digunakan bahkan untuk touring sepeda yang membutuhkan waktu cukup lama. Rahasianya terletak pada karakter material kulit yang lentur dan bisa menyesuaikan dengan anatomi pemakainya. Selain itu bahan kulit juga memiliki kemampuan respirasi (bernafas) hingga udara tetap bisa bersirkulasi dengan lancar, ini bisa mencegah panas. Keunggulan inilah yang kemudian diadaptasi oleh Vertu Spyder saddle, dengan menggunakan material yang lebih murah tapi memiliki karakteristik mendekati kualitas kulit. Ditambah dengan desain berlubang membuat vertu menjadi sadel yang ringan, nyaman dengan ventilasi udara yang sangat bagus hingga bebas panas.

Berikut ini ada Youtube video mengenai perbandingan antara konsep saddle tioga, vertu dengan sadle kulit brooks:


Test

Saya beli sadle ini dengan harga IDR. 90.000 sudah termasuk ongkos kirim. Setelah barang sampai, VERTU CCAV-S Cycling Bike Bicycle Hollow Out Seat langsung saya pasang di sepeda MTB Federal Street Cat yang sering saya gunakan untuk Bike to Work.


Sadel terasa cukup nyaman ketika diduduki, sayang efek hammock kurang terasa. Mungkin karena bahan yang digunakan berbeda. saddle Vertu ini menggunakan bahan yang lebih keras dibandingkan bahan yang digunakan Tioga Spyder, hingga kelenturannyapun kurang terasa. Untuk saya yang kebetulan memiliki tulang duduk lebar, sadle ini terasa agak sempit. Namun tidak terlalu masalah. Setelah dilakukan sedikit penyesuaian letak sadel (posisi saddle saya majukan sampai mentok) , ternyata sadel ini sangat enak saat dipakai gowes. Melewati 6 KM jalan aspal, bokong masih aman, belum terasa panas. Meskipun berbahan plastik yang cenderung keras, selama fitting tepat,  pantat dijamin tidak terasa ditekan, jadi cukup nyaman.

Saat mencoba melewati jalur offroad saya sedikit kuatir dengan durabilitas dari Vertu plastic saddle ini. Meskipun pada akhirnya tidak masalah, namun sepertinya memang kurang cocok untuk medan offroad, karena akan terlalu banyak hentakan. Kuwatir saja jika tiba-tiba patah. Saya juga tidak yakin jika sadle ini aman dipakai orang bertubuh gemuk, kira-kira bisa tahan tidak ya?

Pada jalur menanjak lumayan curam, saat mencoba duduk di ujug sadle, rasanya lumayan nyaman. Ujungnya cukup panjang sehingga bisa lebih banyak memberi tempat.

Setelah digunakan untuk B2W selama satu bulan dengan sekitar 12 kilometer per hari saya masih cukup senang dengan sadel Vertu ini. Ada sedikit perubahan warna pada bagian-bagian tertentu di bagian belakang tapi sepertinya bukan  tanda keausan, jadi untuk saat ini sadle masih tetap bertahan.

Sadle vertu diatas Federal Street Cat
saddle vertu di sepeda Federal StreetCat 550. Lumayan eye catching.

Vertu Saddle Price

Dibandingkan dengan Tioga Spyder Twintail yang harganya sekitar 600 ribuan, VERTU Bicycle Saddle jauh lebih murah. Anda bisa mendapatkannya dengan harga mulai Rp. 89,000.00.

Beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai bahan pertimbangan

  • Material dan durabilitas. Vertu menggunakan material "Carbonite Composite" yang lebih liat dibandingkan plastik biasa. meskipun bisa memberi effek elastis yang sama, sayangnya dari sisi durabilitas tetap kalah dibanding bahan kulit tebal. Sama seperti plastik, lama kelamaan toh akan getas juga, apalagi jika sering terpapar sinar matahari langsung. Dari berbagai informasi yang saya peroleh, umur pakai VERTU CCAV-S rata-rata hanya sekitar satu tahun pemakaian, lebih dari itu elastisitas akan mulai berkurang hingga rawan retak, bahkan patah.
  • Dari sisi kelenturan dan fleksibilitas bahan kalah jauh dibanding Tioga Spyder, membuat efek hammock kurang terasa. Padahal seharusnya desain sepeda ini bisa memberikan efek elastis seperti saddle berbahan kulit semacam merk Brooks.
  • Panjang Rel terlalu pendek, akibatnya memberikan kemungkinan penyesuaian (adjustable) maju / mundur yang minimal, tetapi dengan ketinggian seatpost yang tepat saya dapat menemukan posisi yang saya inginkan.
  • Licin saat pertama kali pakai, tapi bisa cepat menyesuakan. Mungkin material plastik yang digunakan dibuat sedikit berteksture agar tidak licin. Atau dengan menambahkan karet anti licin seperti yang dipakai di papan skateboard.
  • Beberapa laporan mengatakan bahwa itu merusak celana mereka. Tapi saya masih belum mengalaminya. saya pakai B2W setiap hari dengan celana kain seragam kerja. Jadi saya rasa itu tergantung bahan dan desain celana yang dipakai.
  • Karena tahan air, makan sadel ini cocok digunakan saat musim hujan. Namun karena desainnya yang berlubang banyak, saat melalui genangan, mengakibatkan air bisa menyiprat ke bawah sadle membuat celana basah. namun ini bukan masalah lagi jika sepeda kita sudah dilengkapi dengan spakbor (fender) belakang.
  • Sadel ini hadir dengan banyak pilihan warna hingga bisa menyesuaikan dengan warna dan tema sepeda kita.
  • Harganya murah bisa didapat di situs marketplace dengan harga mulai $ 8.58. Sedangkan di bukalapak.com mulai Rp. 89,000.00 saja. 
  • Size sedikit kurang cocok utuk mereka dengan tulang duduk lebar. Mungkin perlu ada variasi size yang bisa dipilih.
 
Vertu CCAV-S saddle

Kesimpulan


Secara kualitas memang tidak bisa dipungkirin bahwa Tioga Spyder Twintail 2 jauh lebih baik dibanding Vertu bicycle saddle. Tentu saja hukum ada harga ada rupa tetap berlaku di sini.  Tapi dengan harga yang termasuk low price Vertu memberikan sadle berkualitas diatas sadle dengan range harga satu level dengannya. Apakah Vertu CCAV-S merupakan Tioga spyder fake, saya rasa tidak juga. Meskipun mengadaptasi ide yang sama, ada perbedaan dari segi desain, harga dan pencantuman nama produk.

Pada akhirnya dibalik semua kekurangan yang ada, ini adalah inovasi yang cukup brilian. Seperti kita tahu, penambahan padding untuk shock absorption / meredam getaran sebenarnya memang kurang efektif mengingat kemampuan meredam pading yang berbanding lurus dengan ketebalan bahan. Semakin tebal padding berarti semakin nyaman, tapi jika terlalu tebal justru akan mengganggu kinerja kayuhan. Jadi, padding adalah dilema. Sedangkan sadle paddingless ini adalah salah satu solusinya.

Sayangnya saya masih ragu dengan durabilitas dan fleksibilitas dari material plastik yang digunakan. Betapapun, plastik tetaplah plastik. Sekuat apapun dia akan cepat getas dan bisa patah sewaktu-waktu. namun setidaknya, sejauh ini saya masih puas menikmati sadel ini untuk gowes jarak jauh hingga menengah. Untuk touring saya sangat tidak merekomendasikannya.

Saddle ini akan saya pakai setidaknya sampai satu tahun. Dan mari kita sampai sejauh mana ketangguhan saddle sepeda Vertu CCAV-S. Dan mungkin saya akan membeli sadle yang sama lagi jika rusak. Karena dengan harga yang cukup murah, ini tentu masih rasional, biaya yang dikeluarkan masih sebanding dengan kenyamanan yang saya peroleh.

Kembali ke masalah sadle memang sangat personal, yang menurut saya cocok belum tentu cocok juga untuk orang lain. Jika Anda hanya memiliki dana pas-pasan tapi mendambakan kenyamanan sadle sekelas saddle Brooks mungkin Tioga Spyder bisa jadi alternatif pilihan. Tapi jika dana benar-benar cekak, Vertu CCAV-S bisa menjadi pelipur lara. salam gowes :) 

Posted in , , | Leave a comment

Pengalaman Hari Pertama B2W

Saat ini Bike to Work (B2W) semakin diminati dan menjadi tren baru. Demi untuk semakin mendorong pertumbuhan gerakan ini, Polygon sebagai salah satu produser sepeda terbesar di Indonesia, bahkantelah merelease seri sepeda polygon b2w jenis MTB dan sepeda lipat, dengan warna kuningnya yang khas. Harganya pun cukup murah. B2W dengan segala keunikan dan manfaatnya telah berhasil mengusik minat saya untuk mencobanya. Dalam rangka berpartisipasi dalam gerakan B2W Indonesia, saya memutuskan untuk mulai ke kantor dengan sepeda pada Kamis, 17 Mei 2018, yang kebetulan bertepatan dengan awal puasa. Meskipun gerakan B2W di kota Solo belum sebesar Jakarta, Bandung atau Tasikmalaya, namun geliatnya sudah mulai kelihatan. Setiap pagi saya beberapa kali berpapasan dengan mereka, dan inilah yang membuat saya semakin bersemangat untuk memulainya. Apalagi semakin sering juga event sepeda diselenggarakan di Solo. Yang cukup besar adalah Event Jamselinas beberapa waktu lalu.

Persiapan

Jarak yang ditempuh dari rumah ke tempat kerja sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 6 KM, atau 12 KM pulang pergi. Dengan kondisi jalan 90% aspal dan sedikit jalan rusak. Mulai dari rumah hingga 3 KM pertama jalan menanjak halus antara 1 - 3 derajat. Secara kasat mata jalan memang terlihat landai namun sebenarnya menanjak. Baru ketika mulai mengayuh sepeda akan terasa bedanya. Karena saat berangkat, kayuhan akan terasa lebih berat dibandingkan ketika pulang. Untuk B2W, paling sering saya memakai sepeda MTB jadul merek Federal, diselingi sesekali menggunakan seli (sepeda lipat) AirWalk. meskipun bukan seli sekelas Brompton, Dahoon atau Polygon Urbano, tapi sudah cukup memuaskan. Jika memakai MTB waktu yang saya butuhkan untuk sampai ke kantor rata-rata sekitar 20 menit. Selisih 5 menit lebih lama jika memakai sepeda lipat. Di hari pertama B2W ini, saya memilih MTB untuk ke kantor naik sepeda.

Jalur B2W


Sebelum memutuskan untuk bersepeda ke kantor, sebenarnya ada banyak kekuatiran dalam pikiran saya. Selain karena sudah sangat lama saya tidak bersepeda. Mungkin sudah lebih 20 tahun tidak gowes. Jadi satu bulan sebelum hari yang saya tentukan untuk start B2W, saya coba gowes gowes ringan dulu. Diawali dengan keliling komplek. Coba ikut acara sepeda santai yang kebetulan banyak diadakan di kota Solo.

Untuk sepeda, sudah ada dua unit siap untuk dipancal. Yang pertama sepeda Federal StreetCat jenis MTB dan Folding bike merk AirWalk yang keduanya hanyalah sepeda frame besi. Jadi bukan termasuk kasta atas yang mahal. Tapi saya rasa sudah lebih dari cukup untuk memulai B2W.

Sepeda Federal StreetCat 550 thn 1986


Hari pertama Gowes

Setelah mengecek kondisi sepeda, mulai dari tekanan ban, rem dan shifter, saya mulai megowes tepat jam 07:45. Masuk kantor jam 08:30 dengan waktu tempuh 20 menit harusnya masih ada waktu untuk istirahat dan prepare sebelum mulai rutinitas kerja.

1 KM pertama saya menikmati perjalanan. Keluar dari kompleks mulai masuk ke jalan aspal mulus dengan kanan kiri sawah ditambah segarnya udara pagi dan sinar matahari yang masih hangat. Sungguh pengalaman yang menambah semangat.

Memasuki kilometer ke 4, saya mulai keteteran. Nafas mulai ngos-ngosan. Ternyata menggowes sendirian berbeda dengan saat bersepeda bersama-sama. Ditambah dengan perasaan takut terlambat masuk kerja. Membuat saya  kesulitan menjaga ritme kayuhan dan terlalu terburu-buru, hingga membuang tenaga terlalu banyak.

Berdasar pengalaman tersebut, saya ingin memberikan sedikit tips untuk Anda yang ingin memulai B2W. Pada hari libur, sediakan waktu untuk mencoba rute B2W yang akan dilalui terlebih dahulu. Selain untuk mempelajari rute, mengukur kemampuan fisik, yang paling penting adalah untuk mengetahui berapa jam kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak dari rumah ke tempat kerja. Waktu tempuh sangat penting untuk diketahui supaya nanti bisa memperkirakan jam keberangkatan yang tepat agar tidak terlambat masuk kerja, dan kita bisa menggowes dengan tenang.

Persoalan berikutnya yang paling mengganggu saya adalah masalah keringat. Saya termasuk orang yang mudah berkeringat. Kan tidak lucu jika kita sampai ke kantor dengan kondisi badan basah karena keringat. Belum lagi masalah bau badan yang mungkin juga akan muncul. Ada yang menyarankan untuk membawa pakaian ganti. Tapi untuk kasus saya, jika harus membawa pakaian ganti, pasti akan sangat ribet. Karena tempat saya bekerja adalah pabrik yang untuk masuk saja harus melalui pemeriksaan ini itu, hingga pasti akan sangat ribet jika harus menbawa banyak barang.

Ternyata pagi ini saya buktikan bahwa keringat bukanlah masalah besar saat B2W. Selama kita bisa bersepeda dengan santai dan nyaman, kita tidak akan banyak mengeluarkan keringat. Agar bisa mengayuh sepeda dengan santai, saya menyiasatinya dengan berangkat lebih pagi, sehingga bisa memiliki cukup waktu. Hitung-hitung sambil menikmati suasana pagi. Jaket sengaja tidak saya pakai, saya lipat dan diikat di carrier belakang sepeda. Dan baru saya pakai nanti waktu pulang kerja. Sinar matahari yang hangat dan angin yang berhembus turut membantu keringat saya menguap cepat hingga baju tidak terasa basah oleh keringat.

Untuk melawan bau badan, andalan saya hanya berupa deodorant yang saya pakai seperti biasa. Selain itu saya juga membawa gel parfum yang sengaja telah disiapkan istri. Katanya untuk dioleskan ke tubuh sesampainya di kantor. Ternyata tips ini cukup efektif. Setelah sampai kantor, dan istirahat sebentar untuk mengeringkan keringat, saya lalu mengoleskan parfum gel ke sekujur badan. Bau keringat sudah tidak jadi masalah lagi.

Perjalanan B2W pertama ini ternyata hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 20 menit hanya selisih 10 menit dibanding kalau pakai sepeda motor. Mungkin untuk jarak yang hanya 6 KM, perbedaan waktu tempuh tidak terlalu signifikan.

Waktu Pulang

Waktu pulang saya tempuh dengan lebih ringan. Mungkin karena gowesnya tanpa beban. tidak diburu waktu dll. hal ini semakin dipermudah dengan kontur jalanan yang cenderung menurun ketika pulang. Saya putuskan untuk putar-putar dahulu menikmati suasana sore.

Masalah yang saya hadapi waktu pulang justru pada sepeda motor dan mobil yang sering tidak mau memberi jalan. Beberapa kali saya dikagetkan dengan bunyi klakson atau terpaksa menepi hingga benar-benar minggir, karena motor yang tidak mau memberi jalan. Saya pikir, mungkin karena ini hari awal puasa. Jadi banyak yang ingin cepat pulang untuk segera berbuka puasa.

Tapi setelah dipikir, bisa jadi masalah ini disebabkan karena pengendara motor memang benar-benar tidak melihat keberadaan saya, karena suasana magrib, dan hari mulai gelap, sedangkan lampu jalan belum banyak yang dinyalakan. Jadi saya pikir perlu untuk menambah aksesoris lampu LED di bagian depan dan belakang untuk menambah visibilitas saat bersepeda disore dan malam hari. Agar lebih aman.

Penambahan lampu let pada sepeda untuk meningkatkan visibilitas saat bersepeda di malam hari.
Credit: Zachary Culpin/Solent News

Over All

Hari pertama B2W menjawab semua kekuatiran saya. Ternyata tidak semenakutkan seperti yang saya kira. Saya justru sangat menikmati dan malah ketagihan untuk kembali dan kembali melakukannya. Ada moment-moment menarik dan yang hanya bisa kita rasakan dan nikmati saat kita mengayuh sepeda. Sensasinya berbeda dibanding saat kita naik motor atau mobil. Yang jelas penat dan stress hilang saat gowes santai pulang dari kantor. Mengembalikan mood hingga sampai dirumah hati dalam keadaan riang.

Setelah 1 bulan ber B2W, badan lebih terasa bugar. Berat badan saya turun banyak, hingga celana kerja terasa longgar, hingga harus lebih mengencangkan ikat pinggang.

Uang bensin dan oli samping bisa ditabung, ujung-ujungnya untuk dana beli komponen dan aksesoris sepeda gara-gara kena racun upgrade. Kalau ini sudah bukan lagi Bike to Work tapi sudah jadi Work for Bike. He 3x

Jika Anda tidak percaya, silakan coba sendiri.

Salam Gowes.

Posted in , | Leave a comment

Review Memilih Type Ban Maxxis Menurut Karakter Track

Di Indonesia merk ban Maxxis cukup dikenal dikalangan penggiat sepeda. Merk ban yang menduduki peringkat 9 dalam urutan perusahaan ban terbesar di dunia ini sebenarnya sudah berdiri di daerah Cikarang, Jawa Barat. Dengan didirikannya pabrik tersebut, Maxxis Indonesia siap menghadirkan berbagai pilihan produk ban yang berkualitas untuk segala medan jalan.

Maxxis Tire Indonesia sendiri memiliki banyak variasi tipe dan model yang bisa dipilih sesuai dengan peruntukkannya. Masalahnya kita perlu cermat dalam menentukan tipe apa yang cocok dan sesuai yang kita butuhkan. Ketepatan dalam memilih ban sepeda,akan mempengaruhi efektifitas kesetabilan bersepeda dan mempengaruhi kecepatan saat bersepeda, jika salah penggunaan akan mengakibatkan licin selip atau jatuh sehingga dapat membahayakan si pengguna sepeda tersebut . 

Berikut ini sedikit ulasan tentang jenis-jenis ban Maxxis beserta peruntukanya.

FULL ROAD

  • Maxxis Xenith memiliki kembang yang slick dan compound yang soft, membuat ban ini membuat ban ini bisa menempel di aspal dengan baik dan tetap stabil ketika cornering di medan yang basa maupun cuaca yang panas. Xenith memang diperuntukkan khusus untuk road bike racing dan sport. Ini salah satu ban dengan rolling resistance munimum. Tipe ini sangat direkomendasikan untuk pengguna aspal dan jalanan halus.
  • Maxxis Detonator (road only) 26x1.5 diperuntukan khusus untuk medan aspal atau beton halus kering maupun basah. Jenis kembangan semi slick, ada alur dan arah pemasangan seperti ban motor.  Daya cengkram ban terhadap aspal sangat bagus. Bahkan dalam kondisi hujan dan jalanan banyak tergenang air, Detonator masih aman digunakan untuk ngebut dan menikung, cocok dipakai untuk b2w setiap hari. Untuk jalan full aspal dengan banyak tanjakan, pilihannya adalah Maxxis Detonator 27.5 X 1.5n.  Yang menjadi kelemahan Maxxis Detonator adalah kondisinya yang menjadi licin saat melindas track tanah. Jadi jangan sekali-kali menggunakan Maxxis Detonator di jalan tanah, bebatuan. ukuran tapak ban yang lebarnya hanya 1.5 inch jadi sama sekali tidak bisa digunakan di jalur lumpur.
  • Maxxis High Roller  2.10 sangat cocok dipakai di jalan aspal kering. Khusus untuk High Roller tidak direkomendasikan digunakan pada jalan basah atau semen karena sangat licin. Highroller buat basah sama sekali tidak menggigit. Jadi tidak cocok digunakan di musim hujan.
Maxxis Xenith (www.testbike.hu)

HYBRID / SEMI ONROAD
  • Maxxis Overdrive Elite Termasuk salah satu ban hybrid yang sangat durable, serta memiliki friksi ban dengan aspal yang sangat minim.  Diperkuat dengan lapisan tebal kevlar dan bagian tengahnya lebih tebal hingga tidak mudah bocor. Ban ini sangat cocok digunakan untuk keperluan touring, B2W maupun commuting harian (90% aspal). Sayangnya overdrive elite termasuk yang paling berat saat digowes dan mungkin kalah rolling resitancenya dibanding kebanyakan ban hybrid/komuting umumnya. Kelemahan berikutnya ketika melalui medan yang tak sepenuhnya jalan raya yang halus, ketika menghantam lubang, atau di jalan yang agak rusak, bantingan sepeda akan lebih terasa, dan mudah slip. Selain itu juga cukup licin saat melewati jalan basah.
  • Maxxis Aspen termasuk masuk tipe hibrid yang cocok untuk jalan aspal halus maupun keriting. Pada onroad trek kering ( di aspal dan beton) Aspen lebih durabel dan enteng dibanding Crossmax, tapi masih dibawah performa Maxxis Overdrive. Cukup aman untuk trek basah dan berpasir. Pada kondisi jalan basah performanya tetap ok banget. Kelemahannya pada tanjakan panjang. Penggunaan ban ini akan menjadi berat. Tapi bisa dimaklumi namanya juga semi on roa.
CROSS CONTRY (XC)/ OFF ROAD (ringan)

Untuk pemakaian dalam kota sampai trek XC, ada Larsen tt, Ignitor, Holly Roller dan Maxxis Crossmark yang memiliki rolling efisiensi yang bagus, cocok buat di kota dan trek XC.
  • Maxxis Crossmark hanya cocok untuk track kering. Tidak  direkomendasikan untuk jalan basah. Pada jalan tanah basah jenis ban ini akan langsung ngedonat terus hilang deh gripnya. Selain itu Crossmark juga akan berubah menjadi sedikit beratnya pada kecepatan highspeed.
  • Maxxis Larsen TT adalah salah satu tipe ban yang banyak disukai oleh penggiat sepeda, khususnya yang hobi blasak-blusuk di trek XC atau Cross Country. hanya cocok untuk xc kering, dan tidak direkomendasikan untuk DH, karena tidak ada side knobnya (yang berguna buat handling pas cornering). Dari banyak review, Larsen TT menjadi salah satu tipe yang memiliki rolling eficiency paling baik dibanding ban Maxxis jenis lain. Rolling di aspal bakal lebih maksimal pada tekanan ban mencapai 60psi. Untuk trek tanah keras yang basah seperti trek JPG, Larsen TT masih smsn untuk dipacu dengan kencang. Beberapa tanjakan dengan elevasi tidak begitu curam juga masih mudah libas dengan Larsen. Tapi untuk tanjakan tanah keras yang curam dan basah performa Larsen TT kurang maksimal karena tidak mengigit.
  • Ace TT (27.5 x 2.00) cocok buat aspal lebih enteng dari crossmark.
  • Maxxis Monorail memiliki karakter medan kering yang cukup bagus dipakai penggemar cross Country. Memiliki performa yang mumpuni melibas trek yang cenderung berpasir. Memiliki bobot yang ringan, kecepatan gelinding yang tinggi, mantab untuk jalan lurus maupun menikung hampir di segala medan . Satu-satunya kelemahannya adalah grip yang tak tahan lama serta cengkraman yg kurang saat menapak lahan basah.
  • Maxxis Ignitor 1.95 paling cocok untuk all terrain, jalan tanah terjal dan bebatuan, baik kering maupun basah. Sangat enak saat melewati tikungan miring(cornering).  Maxxis Ignitor tidak tepat digunakan di jalan aspal.
  • Maxxis High Roller 2.35 hampir mirip karakternya dengan Maxxis Ignitor. Khusus HighRoller Exception Series tidak cocok digunakan di medan basah karena sangat licin.
  • Maxxis Advantage dan Maxxis Ranchero (medium) cocok digunakan di medang lumpur liat. Tidak akan selip. Saat di aspal juga enteng.
  • Maxxis Medusa dan Shorty yang harganya tidak terlalu mahal. Kembangan di Maxxis Medusa didesain untuk medan lumpur. Dengan tapak yang cukup lebar, jenis ban ini sangat enak dipakai melibas medan tanah gembur hingga medan lumpur extreme. Medusa enak sekali digunakan untuk offroad basah dan berlumpur, tapi tidak cocok untuk digunakan di aspal karena cukup berat,   seperti di lem, dan kembangannya cepat habis.
Maxxis Crossmark II
 ALL MOUNTAIN / DOWN HILL (DH)

Untuk medan All mountain hingga down hill ada beberapa tipe ban yang cocok yaitu:
  • Maxxis Bling-bling (untuk trek tanah kering) sangat cocok untuk medan DownHill dan tanah kering berpasir. Ban ini kuat tahan terhadap luka sobek maupun tusukan.
  • Maxxis High Roller 2.35 (all round), bisa untuk DH di trek agak basah, atau buat AM, tapi mungkin aga berat buat XC). Highroller 2.35 salah satu ban populer juga buat DH. Tapi jangan coba-coba pakai Highroller 2.10 di trek basah, baik semen maupun tanah.
Maxxis High Roller 2.35
 Ada beberapa tips kombinasi ban yang bisa diterakan untuk medan DH. Intinya cobalah cari ban yang memiliki kontrolnya bagus untuk depan, dan yang memiliki rolling resistance rendah untuk belakang.
  1. Trek kering sekali (tanah berdebu/tanah kerikil): Kombinasi  Maxxis Highroller 2.35 depan dan Maxxis Bling-Bling 2.35 buat belakang.
  2. B. Trek Kering agak basah (ada becek-beceknya): Highroller 2.35 Depan-Belakang.
  3. Trek Basah cenderung becek: Bisa menggunakan kombinasi Maxxis Highroller 2.35 Belakang, Maxxis Swampthing Depan. Atau Maxxis Highroller 2.35 Belakang, Schwalbe Fat Albert 2.35 Depan.
  4. Trek sangat becek berlumpur:
    Bisa dicoba Schwalbe Fat Albert 2.35 Belakang, Maxxis Swampthing 2.35 Depan.

ALL AROUND
  • Maxxis Ardent ukuran 26" x 2.25, Ardent sangat tepat bagi yang menginginkan ban yang tangguh untuk offroad tapi enteng buat digowes di jalan raya karena nilai rolling resistance-nya yang kecil dengan desain knob yang lumayan agresif. Meskipun tampilannya besar lebih miripi ban downhill tapi kesan berat karena bentuknya yang tambun itu langsung lenyap begitu dipakai. Di jalan aspal loncer sekali, dan sama sekali tidak terasa berat. Secara Umum, Ardent bisa dipake buat all-round. Sesuai yang tertera disitus resminya yaitu Loose-Loose over Hard-Medium-Wet alias cocok untuk trek kering-basah sampai dengan lumpur ringan. Rolling resistance yang relatif kecil bikin ringan dan enteng pas ngegowes di jalan rata/flat atau aspal. Saat melewati medan menanjak Maxxis Ardent  juga tidak akan kehilangan traksi. Pemakaian Ardent untuk ban depan dan belakang sangat mantab untuk melahap jalan krikil. Fitur Side wall yang kuat membuat kita tenang karena aman dari ancaman robek samping.
Maxxis Ardent

Posted in , | Leave a comment

Pengalaman dengan Seli Airwalk Oslo Explorer

Ini kisah pengalaman saya memakai sepeda lipat (seli) AirWalk 20 inche. Meskipun ini termasuk seli kasta paling rendah, banyak yang memandang sebelah mata, tapi berhubung paling rasional dengan isi dompet saat ini, jadi juga speda lipat low end ini saya pilih. Sepeda ini saya beli di ACE Hardware Hartono Mall, Solo Baru. Harga saat itu sekitar Rp. 1.100.000,00 sudah harga discount 50%. sebenarnya ada beberapa pilihan model Seli Airwalk yaitu Oslo Explorer (rigid), Rome Explorer (full suspensi) dan Monaco Explorer (lady). Dari ketiganya saya pilih type Oslo Explorer yang beraliran rigid. Pertimbangan saya karena nantinya sepeda ini akan digunakan untuk commuter harian, dengan medan lebih banyak berupa jalan aspal, beton, paving serta sedikit tanjakan. Jadi saya urung memilih yang tipe full suspension. Meskipun secara tampilan lebih gagah dan tangguh, suspensi pada sepeda lipat justru akan mengurangi efektifitas dan efisiensi kayuhan.

Airwalk Oslo Explorer

Kelengkapan

Dengan harga kurang dari 2 juta, seli ini sudah dilengkapi dengan 6 speed shimano gear set menggunakan shimano revoshift grip shifter. Sudah dipasang mudguard dari besi, pedal lipat, rak bagasi, bel, kickstand, dan reflektor depan dan pedal. Lumayan lengkap bukan.

Desain lipatan biasa. Sepeda ini memiliki lipatan akhir yang saya rasa belum terlalu ringkas. Belum mengadaptasi teknologi lipatan terbaru. Atau mungkin karena terbentur masalah lisensi/paten. Jadi tidak ada yang bisa diunggulkan dari sisi ini. Apalagi material besi yang dipilih membuat seli AirWalk Oslo Explorer tidak terlalu cocok untuk dibawa Mixed-mode commuting mengunakan bus atau kereta. Terlalu berat untuk diangkat. Tapi memang bukan itu alasan saya membeli seli, lebih karena lebih mudah untuk di simpan dan tidak makan banyak tempat. Bisa masuk bagasi mobil. Selain itu, saya memang mencari folding bike dengan material frame dari besi (steel). Karena saya butuh alat transportasi yang kuat dan awet, sesuai dengan fungsi peruntukan sepeda tersebut yang terkadang harus membawa beban yang cukup berat. Seperti untuk antar jemput anak sekolah, serta belanja ke pasar. Dari segi durabilitas, sudah jelas steel frame lah rajanya. Entah digetok, ditekan atau sekalian dibanting pun , steel frame tetap yang paling kuat.

Tidak seperti single pieces yang banyak digunakan pada sepeda BMX, Bottom Bracket (BB) menggunakan jenis square taper sort. Ini akan memudahkan dari sisi maintenance.

Rem V brakes terbuat dari baja press yang masih jarang dipakai pada seli murah (low price) kebanyakan. Sedangkan tuas rem meskipun hanya menggunakan material plastik namun terasa cukup kokoh.

Tidak adanya bottle cage menjadi salah satu kekurangan dari folding bike ini. Dan ternyata bukan hanya bottle cage yang tidak tersedia, bahkan sepeda ini tidak menyediakan baut adapter untuk menempelkan bottle cage tool holder. Repot juga. Jadi jika ingin membawa bottle cage harus memakai aksesoris tempat botol minum yang dipasang di setang handlebar. Atau memakai water bottle holder adapter yang ditempelkan di seatpost. Jika mau lebih rapi tapi agak ribet, bisa membuat dudukan baut untuk memasang holder di frame.

Folding Bike AirWalk OsloExplorer siap berdinas
 Masalah di Handlepost

Saya lakukan cek ulang,  saya menemukan ada sedikit masalah di stang (handlepost) . Pertama kali dicoba handling terasa agak kurang rigid. Sistem pengunci panel pada sepeda lipat sedikit agak goyang. Jadi saya coba menambahkan pengganjal pada handlebar post folding box dan ternyata tips ini sangat efektif membuat sambungan jadi kencang dan rigid.

Setelah selesai dengan masalah lipatan. Saya lakukan fitting. Setting ketinggian sadel dan handle bar untuk mendapatkan posisi berkendara yang paling nyaman dan efisien. Posisi duduk rasanya kurang sedikit ke belakang meskipun sudah melakukan maksimum adjustment pada seat post dan sadel dimundurkan ke belakan hingga mentok. Satu-satunya cara dengan mengganti sadel dengan range adjustment yang lebih panjang atau mencari seat post model bengkong (tapi lumayan susah carinya).

Enaknya memakai seli salah satunya karena memiliki stem handlepost yang lumayan panjang hingga bisa diatur untuk memungkinkan pengendara bisa duduk dengan posisi natural (tegak). Tidak seperti MTB atau roadbike yang mau tidak mau harus dengan posisi menunduk.

Performance

Saat dikayuh cukup loncer. Ternyata tidak seperti perkiraan saya, meski rodanya kecil namun larinya cukup kencang. Ukuran single chainring depan 50T cukup besar untuk mendongkrak performa kecepatan, setidaknya bisa sedikit mengimbangi kecepatan MTB di jalan datar dan rata. Jika ingin meningkatkan top speed, bisa dengan cara Salah satu solusinya adalah dengan mengganti komponen chainring (gir depan) dengan yang memiliki jumlah tooth (T) yang lebih banyak, misalnya crank tipe 52T, 53T, atau 60T dikombinasikan dengan sprocket belakang yang memiliki cog sekecil mungkin. Misalnya upgrade dengan SPROCKET CAPREO 9sp 9T-26T. tentu saja selama dengkul kuat buat mengayuhnya.

Performa di tanjakan cukup memprihatinkan. Terlalu berat diajak menanjak menurut saya. Mungkin karena selama ini saya terbiasa menggunakan MTB, jadi agak kaget juga. Performa di tanjakan masih kalah jauh dengan sepeda MTB. Namun saat saya mencoba melintasi jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat, sepeda ini masih bisa melibas tanjakan tersebut dengan mudah, hanya memakai gigi ke 4, dari 6 speed yang disediakan. Mungkin akan lebih mudah lagi jika framenya terbuat dari material yang lebih ringan seperti alumunium atau carbon. Selain itu, kedepan, akan lebih tepat jika mengupgrade ke sproket megarange agar performa di tanjakan lebih baik.

Untuk akselerasi, berhubung diameter rim roda 20" membuat akselerasi sepeda jauh lebih bagus dibandingkan MTB yang memiliki diameter ban 26 inch. Selain itu diameter ban yang kecil membuat seli lebih lincah dipakai bermanuver. Diluar masalah handle bar diatas, sepeda ini sebenarnya sangat lincah. Enak untuk diajak melibas kemacetan lalu lintas jalan. Atau melintas di gang-gang sempit.

Saat melewati jalan paving (tidak rata) getarannya lebih terasa dibanding saat memakai MTB non suspensi (rigid). Handling jadi sedikit liar, Lumayan berhati-hati saat memegang stang dengan satu tangan. Jadi kebiasaan memberi tanda dengan tangan saat mau belok jadi terganggu.

Saat saya coba untuk memboncengkan anak dibelakang, ada sedikit kesulitan saat mengayuh akibat pedal bersentuhan dengan kaki anak. Jarak antara roda dan pedal terlalu dekat. putaran pedal juga tidak terlalu mulus, pedal kanan sedikit seret.

Sumbu roda yang pendek juga cukup menyulitkan jika ingin memasang panier. konsekwensinya setiap barang yang dibawa di rak harus berada di atas dan bukan di samping. Tinggi boncengan sendiri juga masih dirasa terlalu rendah. Jika anak Anda berpostur jangkung pasti akan kesulitan saat dibonceng dengan sepeda ini. Tapi tentu saja masalah ini bisa diatasi dengan menambah adaptor untuk meninggikan boncengan belakang.

Sadel bawaan sebenarnya cukup empuk, tapi jika dipakai untuk bersepeda dengan waktu lama akan mulai terasa panas. Jika ada dana bagian ini menjadi prioritas untuk diupgrade dengan sadel yang lebih nyaman.


Setelah puas mencoba akhirnya sepeda ini saya serahkan kepada istri untuk membantu operasional sehari-hari, mulai dari belanja, antar jemput anak sekolah atau keperluan lainnya.
Sepeda lipat dengan frame besi
cukup bisa diandalkan
untuk antar jemput anak sekolah dan commuter harian.

Kelemahan
  • Lipatan kurang ringkas serta frame yang berat dari besi tidak cocok untuk Multi Modal Commuting.
  • Tidak disediakan baut buat bottle cage.
  • Sistem pengunci Handlebar kurang rigid.
  • Material handlegrip mengeluarkan bau karet yang cukup kuat dan susah hilang. Sudah dipakai sebulan masih mengeluarkan bau.
  • Jarak antara roda belakang dan pedal cukup pendek. Agak merepotkan saat memboncengkan anak, atau jika mau memasang pannier belakang.
  • Kualitas ban bawaan buruk. Belum genap 2 bulan dipakai normal sudah pecah padahal waktu itu masih pagi, aspal belum terlalu panas. Tekanan ban juga tidak terlalu tinggi.
  • Meskipun sudah dilengkapi dengan pedal yang bisa dilipat, namun material yang digunakan hanya berupa plastik, jadi sangat rawan getas. Kekuatan dan keawetannya sangat diragukan.
Keunggulan
  • Harga terjangkau
  • Feature/aksesoris lengkap, sudah termasuk fender depan belakang dan boncengan dan bell.
  • Drivetrain dari shimano 6 speed
  • Larinya lumayan kencang
  • Akselerasi bagus.

Tips dan Saran

  • Saran pertama dan yang paling penting adalah mengganti ban dalam dengan yang kualitasnya lebih bagus. Ban bawaan sepeda ini kualitasnya kurang baik. Bayak laporan ban meletus saat digunakan, padahal masih baru. Dan ternyata saya juga mengalaminnya. Waktu dipakai B2W, ban tiba-tiba meletus. Beruntung tempat kejadian sudah dekat dengan kantor.
  • Masalah lipatan/sambungan handlebar yang kurang rigid bisa diatasi dengan cara menambah ganjalan. Ganjalan bisa dibuat dari karet tebal, atau bahan lainnya yang tidak keras tapi cukup liat. Letakkan potongan ban dalam tadi pada handlebar post folding box tersebut.
  • Boncengan belakang bisa ditekuk sedikit agar posisi duduk bisa lebih tinggi. bisa dipasangi footrest punya sepeda BMX untuk menambah kenyamanan pembonceng.
  • Jika memungkinkan ganti pedal dengan kualitas yang lebih baik. Setidaknya pilih pedal yang terbuat dari material yang lebih kuat.
Terlepas dari kelemahan yang ada, overall sepeda lipat (seli) AirWalk 20 inche tipe Oslo Explorer ini memiliki performa yang memuaskan untuk ukuran sepeda lipat low end dengan harga kurang dari 2 juta.

Posted in , , , | Leave a comment

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by Lite Themes.