Mengisi harpitnas kali ini, kami sekeluarga berencana untuk gowes tipis keliling kota Solo saja. Mengingat liburan yang hanya satu hari, jadi malas klo mau piknik keluar kota. Apalagi sudah lama anak-anak ingin gowes bareng mommy dan ayahnya. Ini akan menjadi pengalaman gowes pertama kami sekeluarga. Karena sudah diputuskan, malamnya kami susun rute perjalanan. Sengaja kami pilih rute yang dekat-dekat saja, mengingat gowes kali ini kami bawa balita dan anak kecil umur 6 tahun. Start dari rumah di daerah Colomadu, kami akan langsung menuju Manahan. Agar aman kami memilih lewat jalur sepeda di Banyuanyar. Sampai Masjid mujahidin, belok ke kanan ke arah Gedung Sabha Buana milik Pak Jokowi. Lurus ke barat sampai kompleks Manahan. Dari manahan kami akan langsung menuju Taman Balekambang. Taman ini akan jadi destinasi utama kami. Pulangnya nanti kami memilih lewat Tirtonadi soalnya ingin melihat proyek Bendungan Tirtonadi yang katanya hampir rampung.
|
Rencana rute gowes pagi |
Persiapan Gowes Pagi
Jam 04.30 pagi, semua sudah bangun, mandi dan sarapan. Sepeda lipat dan Federal MTB sudah siap sejak semalam. Sengaja cuma menggunakan dua sepeda. Kali ini anank-anak cukup bonceng orang tuannya. Karena jarak lumayan jauh dan lalulintas yang cukup ramai. Battre handphone juga sudah full siap untuk dokumentasi.
|
Aksa dibonceng istri pakai seli |
|
Feli bonceng saya pakai MTB Federal |
Setelah semua siap Jam 05.15 kami mulai berangkat. Aksa, ikut mommynya gowes di depan pakai sepeda lipat. Sedang Feli kakaknya bonceng saya pakai MTB Federal. Jalan santai saja, sementara gowes, Fe anak tertua kami sibuk dengan HP untuk membuat video dokumentasi perjalanan kami kali ini.
|
Jalur sepeda JL. Adisumarmo Solo |
Setelah gowes sekitar 20 menit menyusuri jalur sepeda Jl. Adisumarmo, Banyuanyar, kami tiba di masjid Mujahidin yang cukup terkenal.
|
Masjid mujahidin - Banyuanyar Solo |
Dari sana kami belok ke kiri, ke arah Gedung Sabha Buana, kemudian jalan lurus hingga sampai di kawasan Manahan. Istirahat sebentar di plaza Manahan. Foto-foto didepan patung Presiden Sukarno yang ada tepat di pintu utama Gelora Manahan Solo. Suasana pagi ini terasa segar, dengan pepohonan yang rindang dan sejuk. Baru ada beberapa orang yang tampak bersepeda santai, joging atau sekedar jalan santai. Agak ke sisi timur, tampak proyek Fly Over yang hampir rampung.
|
Patung Sukarno - Plaza Manahan Solo |
|
|
Plaza Manahan Solo |
Dari manahan kami ke Taman Balekambang yang jaraknya tidak terlalu jauh. Taman ini sudah dibangun sejak tahun 1921 oleh KGPAA Mangkunegara. Waktu itu diberi nama Partini Tuin yang diambil dari nama anak kesayangan raja yang bernama Partini.
Sejak direvitalisasi pemkot Solo pada tahun 2007 yang lalu, taman ini
menjadi destinasi wisata yang murah sekaligus edukatif bagi masyarakat
banyak.
Sampai di Taman, kami hanya membayar ongkos parkir RP 2000 saja, setelah
itu kami bebas masuk dan bermain di sana. Selain merasakan kesejukan
diantara rimbunya pepohonan langka, di sini kita juga bisa berinteraksi
dengan berbagai satwa seperti rusa tutul, angsa dll.
|
Jalan masuk Taman Balekambang |
Di sisi barat juga bisa kita temui danau buatan lengkap dengan perahu genjotnya.
|
credit: indonesiakaya.com |
Di sebelah selatan ada Taman Reptil. Sayangnya untuk masuk ke taman reptil kita harus membeli karcis tersendiri. Kami sedikit terkejut saat datang kesana, karena sekarang, taman ini juga dilengkapi dengan berbagai wahana permainan anak yang tentu saja gratis.
|
Kompleks Taman Balekambang Solo |
Perjalanan Pulang
Sekitar satu jam kami menghabiskan waktu untuk ngadem dan bermain di Taman Balekambang. Meski singkat anak-anak sudah terlihat cukup puas. Setelah menikmati bubur ayam dan kare, kami langsung beranjak pulang. menginggat jam sudah beranjak siang dan matahari sudah mulai tinggi. Apalagi kami masih mau mampir ke Bendung Karet Tirtonadi. Takutnya jika sudah jam 09.00 lebih, cuaca sudah mulai terik, dan jalan sudah semakin ramai. Kasihan anak-anak bisa kepanasan dan kena polusi.
Sampai di taman Tirtonadi, dekat Terminal Bus Tirtonadi, lalulintas sudah mulai padat semrawut, akibat proyek restorasi Jembatan Kalipepe yang belum selesai. Untung kami pakai sepeda. Jadi bisa menyelinap sana sini dengan lebih mudah.
|
Di depan Bendung Karet Tirtonadi |
Setelah lewat jembatan, kami belok kiri ke arah proyek Bendung Karet Tirtonadi. Saat ini perkembangan pengerjaan proyek Bendung Karet ini sudah 86 persen. Rencananya, proyek Bendung Karet Tirtonadi akan rampung dan diresmikan pada bulan Desember tahun 2018. Istirahat sebentar untuk mengambil gambar, lalu langsung pulang, karena cuaca sudah mulai panas.
|
Federal StreetCat 550 Nampang dulu di depan Bendung Karet Tirtonadi |
Dari Bendungan Tirtonadi kami menuju ke arah jembatan Komplang di Jl. Ki Mangun Sarkoro. Dari sana menuju kearah Jl. Adisumarmo, kembali menyusuri jalur sepeda Banyuanyar.
Ada pengalaman lucu tapi juga menegangkan, ketika kami sampai di persimpangan Komplang. Anak kami yang kecil, Aksa, ternyata sudah tertidur pulas di boncengan. Posisi boncengan ada di stang sepeda lipat istri. Agak repot juga karena harus menjaga keseimbangan ekstra. Beruntung tidak lama kemudian Aksa terbangun. Istri saya lalu mengajaknya ngobrol dan menyanyi. Saya coba ajak bercanda dengan menbunyikan bel sepeda. Pokoknya apapun dilakukan asal dia tetap terjaga. Kami lupa kalau, setiap kali ikut mengantar kakaknya berangkat sekolah, sekitar jam 08.30, Aksa biasanya akan mengantuk dan tertidur sesampainya dirumah.
Sekitar jam 09.30 kami sudah sampai kembali di rumah. Ini adalah pengalaman pertama kali bisa gowes bareng istri dan anak-anak. Meski agak sedikit capek, tapi kami menikmatinya. Istri saya malah ingin gowes lagi kapan-kapan. Setidaknya gowes yang akan datang, kami bisa lebih mempersiapkannya. Belajar dari pengalaman gowes hari ini. Bersepeda santai bisa dijadikan alternatif liburan yang murah dan menyehatkan. Lagipula banyak manfaat bisa kita ambil dari aktivitas ini. Dan yang penting, bersepeda bisa membantu membakar kalori dan lemak di perut dengan cara yang menyenangkan.