Pengalaman dengan Seli Airwalk Oslo Explorer

Ini kisah pengalaman saya memakai sepeda lipat (seli) AirWalk 20 inche. Meskipun ini termasuk seli kasta paling rendah, banyak yang memandang sebelah mata, tapi berhubung paling rasional dengan isi dompet saat ini, jadi juga speda lipat low end ini saya pilih. Sepeda ini saya beli di ACE Hardware Hartono Mall, Solo Baru. Harga saat itu sekitar Rp. 1.100.000,00 sudah harga discount 50%. sebenarnya ada beberapa pilihan model Seli Airwalk yaitu Oslo Explorer (rigid), Rome Explorer (full suspensi) dan Monaco Explorer (lady). Dari ketiganya saya pilih type Oslo Explorer yang beraliran rigid. Pertimbangan saya karena nantinya sepeda ini akan digunakan untuk commuter harian, dengan medan lebih banyak berupa jalan aspal, beton, paving serta sedikit tanjakan. Jadi saya urung memilih yang tipe full suspension. Meskipun secara tampilan lebih gagah dan tangguh, suspensi pada sepeda lipat justru akan mengurangi efektifitas dan efisiensi kayuhan.

Airwalk Oslo Explorer

Kelengkapan

Dengan harga kurang dari 2 juta, seli ini sudah dilengkapi dengan 6 speed shimano gear set menggunakan shimano revoshift grip shifter. Sudah dipasang mudguard dari besi, pedal lipat, rak bagasi, bel, kickstand, dan reflektor depan dan pedal. Lumayan lengkap bukan.

Desain lipatan biasa. Sepeda ini memiliki lipatan akhir yang saya rasa belum terlalu ringkas. Belum mengadaptasi teknologi lipatan terbaru. Atau mungkin karena terbentur masalah lisensi/paten. Jadi tidak ada yang bisa diunggulkan dari sisi ini. Apalagi material besi yang dipilih membuat seli AirWalk Oslo Explorer tidak terlalu cocok untuk dibawa Mixed-mode commuting mengunakan bus atau kereta. Terlalu berat untuk diangkat. Tapi memang bukan itu alasan saya membeli seli, lebih karena lebih mudah untuk di simpan dan tidak makan banyak tempat. Bisa masuk bagasi mobil. Selain itu, saya memang mencari folding bike dengan material frame dari besi (steel). Karena saya butuh alat transportasi yang kuat dan awet, sesuai dengan fungsi peruntukan sepeda tersebut yang terkadang harus membawa beban yang cukup berat. Seperti untuk antar jemput anak sekolah, serta belanja ke pasar. Dari segi durabilitas, sudah jelas steel frame lah rajanya. Entah digetok, ditekan atau sekalian dibanting pun , steel frame tetap yang paling kuat.

Tidak seperti single pieces yang banyak digunakan pada sepeda BMX, Bottom Bracket (BB) menggunakan jenis square taper sort. Ini akan memudahkan dari sisi maintenance.

Rem V brakes terbuat dari baja press yang masih jarang dipakai pada seli murah (low price) kebanyakan. Sedangkan tuas rem meskipun hanya menggunakan material plastik namun terasa cukup kokoh.

Tidak adanya bottle cage menjadi salah satu kekurangan dari folding bike ini. Dan ternyata bukan hanya bottle cage yang tidak tersedia, bahkan sepeda ini tidak menyediakan baut adapter untuk menempelkan bottle cage tool holder. Repot juga. Jadi jika ingin membawa bottle cage harus memakai aksesoris tempat botol minum yang dipasang di setang handlebar. Atau memakai water bottle holder adapter yang ditempelkan di seatpost. Jika mau lebih rapi tapi agak ribet, bisa membuat dudukan baut untuk memasang holder di frame.

Folding Bike AirWalk OsloExplorer siap berdinas
 Masalah di Handlepost

Saya lakukan cek ulang,  saya menemukan ada sedikit masalah di stang (handlepost) . Pertama kali dicoba handling terasa agak kurang rigid. Sistem pengunci panel pada sepeda lipat sedikit agak goyang. Jadi saya coba menambahkan pengganjal pada handlebar post folding box dan ternyata tips ini sangat efektif membuat sambungan jadi kencang dan rigid.

Setelah selesai dengan masalah lipatan. Saya lakukan fitting. Setting ketinggian sadel dan handle bar untuk mendapatkan posisi berkendara yang paling nyaman dan efisien. Posisi duduk rasanya kurang sedikit ke belakang meskipun sudah melakukan maksimum adjustment pada seat post dan sadel dimundurkan ke belakan hingga mentok. Satu-satunya cara dengan mengganti sadel dengan range adjustment yang lebih panjang atau mencari seat post model bengkong (tapi lumayan susah carinya).

Enaknya memakai seli salah satunya karena memiliki stem handlepost yang lumayan panjang hingga bisa diatur untuk memungkinkan pengendara bisa duduk dengan posisi natural (tegak). Tidak seperti MTB atau roadbike yang mau tidak mau harus dengan posisi menunduk.

Performance

Saat dikayuh cukup loncer. Ternyata tidak seperti perkiraan saya, meski rodanya kecil namun larinya cukup kencang. Ukuran single chainring depan 50T cukup besar untuk mendongkrak performa kecepatan, setidaknya bisa sedikit mengimbangi kecepatan MTB di jalan datar dan rata. Jika ingin meningkatkan top speed, bisa dengan cara Salah satu solusinya adalah dengan mengganti komponen chainring (gir depan) dengan yang memiliki jumlah tooth (T) yang lebih banyak, misalnya crank tipe 52T, 53T, atau 60T dikombinasikan dengan sprocket belakang yang memiliki cog sekecil mungkin. Misalnya upgrade dengan SPROCKET CAPREO 9sp 9T-26T. tentu saja selama dengkul kuat buat mengayuhnya.

Performa di tanjakan cukup memprihatinkan. Terlalu berat diajak menanjak menurut saya. Mungkin karena selama ini saya terbiasa menggunakan MTB, jadi agak kaget juga. Performa di tanjakan masih kalah jauh dengan sepeda MTB. Namun saat saya mencoba melintasi jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat, sepeda ini masih bisa melibas tanjakan tersebut dengan mudah, hanya memakai gigi ke 4, dari 6 speed yang disediakan. Mungkin akan lebih mudah lagi jika framenya terbuat dari material yang lebih ringan seperti alumunium atau carbon. Selain itu, kedepan, akan lebih tepat jika mengupgrade ke sproket megarange agar performa di tanjakan lebih baik.

Untuk akselerasi, berhubung diameter rim roda 20" membuat akselerasi sepeda jauh lebih bagus dibandingkan MTB yang memiliki diameter ban 26 inch. Selain itu diameter ban yang kecil membuat seli lebih lincah dipakai bermanuver. Diluar masalah handle bar diatas, sepeda ini sebenarnya sangat lincah. Enak untuk diajak melibas kemacetan lalu lintas jalan. Atau melintas di gang-gang sempit.

Saat melewati jalan paving (tidak rata) getarannya lebih terasa dibanding saat memakai MTB non suspensi (rigid). Handling jadi sedikit liar, Lumayan berhati-hati saat memegang stang dengan satu tangan. Jadi kebiasaan memberi tanda dengan tangan saat mau belok jadi terganggu.

Saat saya coba untuk memboncengkan anak dibelakang, ada sedikit kesulitan saat mengayuh akibat pedal bersentuhan dengan kaki anak. Jarak antara roda dan pedal terlalu dekat. putaran pedal juga tidak terlalu mulus, pedal kanan sedikit seret.

Sumbu roda yang pendek juga cukup menyulitkan jika ingin memasang panier. konsekwensinya setiap barang yang dibawa di rak harus berada di atas dan bukan di samping. Tinggi boncengan sendiri juga masih dirasa terlalu rendah. Jika anak Anda berpostur jangkung pasti akan kesulitan saat dibonceng dengan sepeda ini. Tapi tentu saja masalah ini bisa diatasi dengan menambah adaptor untuk meninggikan boncengan belakang.

Sadel bawaan sebenarnya cukup empuk, tapi jika dipakai untuk bersepeda dengan waktu lama akan mulai terasa panas. Jika ada dana bagian ini menjadi prioritas untuk diupgrade dengan sadel yang lebih nyaman.


Setelah puas mencoba akhirnya sepeda ini saya serahkan kepada istri untuk membantu operasional sehari-hari, mulai dari belanja, antar jemput anak sekolah atau keperluan lainnya.
Sepeda lipat dengan frame besi
cukup bisa diandalkan
untuk antar jemput anak sekolah dan commuter harian.

Kelemahan
  • Lipatan kurang ringkas serta frame yang berat dari besi tidak cocok untuk Multi Modal Commuting.
  • Tidak disediakan baut buat bottle cage.
  • Sistem pengunci Handlebar kurang rigid.
  • Material handlegrip mengeluarkan bau karet yang cukup kuat dan susah hilang. Sudah dipakai sebulan masih mengeluarkan bau.
  • Jarak antara roda belakang dan pedal cukup pendek. Agak merepotkan saat memboncengkan anak, atau jika mau memasang pannier belakang.
  • Kualitas ban bawaan buruk. Belum genap 2 bulan dipakai normal sudah pecah padahal waktu itu masih pagi, aspal belum terlalu panas. Tekanan ban juga tidak terlalu tinggi.
  • Meskipun sudah dilengkapi dengan pedal yang bisa dilipat, namun material yang digunakan hanya berupa plastik, jadi sangat rawan getas. Kekuatan dan keawetannya sangat diragukan.
Keunggulan
  • Harga terjangkau
  • Feature/aksesoris lengkap, sudah termasuk fender depan belakang dan boncengan dan bell.
  • Drivetrain dari shimano 6 speed
  • Larinya lumayan kencang
  • Akselerasi bagus.

Tips dan Saran

  • Saran pertama dan yang paling penting adalah mengganti ban dalam dengan yang kualitasnya lebih bagus. Ban bawaan sepeda ini kualitasnya kurang baik. Bayak laporan ban meletus saat digunakan, padahal masih baru. Dan ternyata saya juga mengalaminnya. Waktu dipakai B2W, ban tiba-tiba meletus. Beruntung tempat kejadian sudah dekat dengan kantor.
  • Masalah lipatan/sambungan handlebar yang kurang rigid bisa diatasi dengan cara menambah ganjalan. Ganjalan bisa dibuat dari karet tebal, atau bahan lainnya yang tidak keras tapi cukup liat. Letakkan potongan ban dalam tadi pada handlebar post folding box tersebut.
  • Boncengan belakang bisa ditekuk sedikit agar posisi duduk bisa lebih tinggi. bisa dipasangi footrest punya sepeda BMX untuk menambah kenyamanan pembonceng.
  • Jika memungkinkan ganti pedal dengan kualitas yang lebih baik. Setidaknya pilih pedal yang terbuat dari material yang lebih kuat.
Terlepas dari kelemahan yang ada, overall sepeda lipat (seli) AirWalk 20 inche tipe Oslo Explorer ini memiliki performa yang memuaskan untuk ukuran sepeda lipat low end dengan harga kurang dari 2 juta.

Posted in , , , . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by Lite Themes.